Posts tagged ‘Gempa’

14 October 2011

Gempa Bali Menyapaku

Kamis, 13 Oktober 2011 ada pertobatan masal. Khususnya di Bali dan seputarnya. Saat itu kurang dari satu menit kita ramai-ramai ingat dan menyebut nama Tuhan, Sang Hyang Widhi- Yesus- Allah atau apa saja. Entah sadar atau hanya sekadar latah atau memang benar-benar dilupakan oleh kondisi. Nama Sang Tuhan hanya hadir sesekali ketika bencana telah datang. Gempa , Badai, Tsunami hanyalah sentilan pencipta semesta agar kita sadar. Bahwa bumi dan seisinya hanyalah secuil upil ditelapak tanganNya. Ketika Dia ingin kibas karena upil itu telah bertambah kotor oleh kotoran manusia maka siapa yang sanggup melarangNya. Syukur sang khalik masih sayang pada semua. Tak jadi menjadikan porak peranda menjadi rata dengan tanah lapangan puputan Margarana. Alhamdulillah- terimakasih tuhan.

Memang, sejatinya dunia ini adalah nenek-nenek yang sedang berhias, penuh gemerlap kalung gelang dan anting-anting berlian keemasan. Tua nan cantik. Dimana-mana gegap gempitanya pembangunan meraja lela. Dari rumah kita sendiri , real estate sampai puncak suar menara tinggi didirikan. Eifel di Prancis, Liberty di Amerika, Monas Jakarta, Menara Kembar, bahkan Menara Dubai yang menjulang menyapa langit. Belum lagi di malam hari.Kelap- kelip lampu kota bagai butiran intan permata terhampar di gelap malam tampak dari bebukitan. Indah menawan melupakan segalanya. Bak putri kayangan yang menarik hati sang pangeran. Dunia dicinta dan dipuja.

Bumi adalah Nenek Cantik Berkalung Berlian

Sah-kah itu?

Mustahil kita hidup tanpa dunia. Dunia adalah air lautan bagi si ikan. Tanpa air laut maka si ikan akan lunglai lalu mati. Ikan sangat membutuhkan air laut untuk bisa survive. Tapi perhatikan ketika ikan harus mati terangkat oleh kail dan jala. Air laut yang melimpah tidak sanggup dibawanya. Bahkan setitik pun tersisa di kulit akan kering musnah oleh panas , itupun air tawar badannya. Air laut tetap tertinggal di cekuan bumi yang menjadi takdirnya wadahnya.

Demikian kesanggupan kita membawa dunia. Hanya kain kafan atau peti mati saja. Selebihnya hanyalah amal di badan yang harus bersama menghadapNya. Amal ketika punya dunia. Harta yang kita miliki harusnya dijadikan amal perbuatan ataupun berdarma. Sehingga air laut itu menjadi air tawar di badan sang ikan. Itulah yang akan kita bawa kelak! Wallo hu a’lam!

Tags: