Burungku Freestyle

images (2)Saat matahari mulai menyapa teras rumah, menikmati merdunya siulan burung  sambil nyeruput kopi aduhai nikmatnya. Burung datang pergi bertengger bebas di dahan pohon mangga  depan rumah. Aroma mangga manalagi yang legit dan manis mulai tampak  setelah tadi malam kelelawar tidak sanggup menghabiskan. Dengan warna mempesona, gelantungan buah mangga yang terkelupas separohnya menarik ingin burung kutilang menikmatinya. Burung bersiul-siul merdu sambil berloncatan girang mematuk mangga. Suit…suit..suit ….siulan riuh melengking sesekali bersuara rendah merajuk pasangannya. Semakin lama semakin banyak yang datang siulan bertalu-talu, bersahut-sahutan. Waow…..freesttyle…..kutilangku, crukcukku!

Nyatanya bisa menikmati merdu kicauan burung meski tidak harus mengurung. Mengurung burung hanya bertujuan kesenangan adalah bagian dari penyakit psikologis. Beberapa alasan logisnya:

  • Melanggar Hak Asasi. Burung adalah makhluk hidup. Jadi kedudukannya sejajar dengan makhluk hidup yang lain, termasuk dengan manusia. Berhak hidup dimana saja di belahan bumi mana pun asal saratnya terpenuhi. Tidak ada batasan RAS ( ras, agama dan suku). Tidak ada sket wilayah. Misal, karena ini wilayah kabupaten Buleleng, maka burung Gilimanuk tidak boleh melintas apalagi tinggal! Ini  seirama dengan implementasi UUD 1945 negara RI  pasal 26, bro! Ini adalah primordial.
  • images (1)Pemasungan Ekspresi. Burung juga makhluk hidup yang butuh berekspresi dalam mengisi hari-harinya. Diantaranya meneruskan keturunan. Lalu apa tidak merana jika harus tinggal sendiri dalam kurungan sampai mati. Bayangkan bila terjadi pada burung kita. Mungkin, sesekali di pagi hari burung dalam sarung bisa keluar lepas kendali mencari tuan putri. Namun, burung dalam kurung sulit menerobos jeruji, khan? Ingat lagu, ” Wahai kau burung dalam sangkar. Betapa malang nasibmu…..
  • Memutus Rantai Kehidupan. Kalau serempak manusia punya kesenangan yang sama yakni mengurung burung dalam sangkar, maka wajar ulat bulu bahkan belalang meraja lela. Besok, tersiar berita” Ulat Bulu Serang Perkampungan” atau ” Belalang Duduki Persawahan”. Bukankah alam ini bersujud kepada penciptanya dengan putaran 360′? Bumi berotasi pada sumbunya sebesar 360′. Elektron mengelilingi inti atomnya juga 360′. Siklus terjadinya hujan juga 360′, bahkan gerakan sholat dalam agama Islam juga menunjukkan 360′. Demikianlah rantai makanan itu, dari ulat – burung – kucing – ulat – burung! Tiga ratus enam puluh derajad , khan?

Teringat ketika Nabi Sulaiman melintas, tiba-tiba menghentikan pasukannya. Katanya, ” Hai pasukanku berhenti sejenak. Kita beri kesempatan kepada para semut lewat, sebab aku dengar betapa paniknya mereka menghindari injakkan kuda kita!“. Hemm, demikian bijak dan mengerti sang Nabi.

Namun, kita tidak perlu menjadi Nabi Sulaiman yang mengerti dialog binatang, apalagi menjadi King Suleman yang kotroversi dalam tayangan televisi itu. Cukup kita menjadi, ” Sholeh, Men!”. Yang mengerti nyanyian burung dalam kurungan,” Sakitnya tuh di sini! Sakitnya tuh di sini…………..!

 

Tags: ,

Tinggalkan Komentar Ya!