Trans7, Menyentik Pikiranku!

bluevirgolady.blogspot.comAda yang saya pikirkan ketika Trans7 menayangkan Acara KHAZANAH pada hari selasa, 1 Oktober 2013 ba’da Subuh.  Dalam setiap tayangan acara itu selalu menarik dan mengajak manusia berpikir. Tidak terkecuali saat itu, yakni ketika bertopik MALAM dalam perspektif Al-Quran. Banyak ayat-ayat Al-Quran yang menyampaikan berita bahwa malam itu sesuatu yang urgen buat segenap manusia mendampingi siang. Pergantian siang ke malam atau sebaliknya adalah sebuah ketentuan Tuhan untuk direnungi.

Siang adalah identik dengan terang benderang, sejalan dengan sinar matahari yang memancar ke bumi. Di saat inilah waktu yang terbaik bagi manusia untuk mengeksekusi segala urusan yang banyak (SURAT 73, AL MUZAMMIL : AYAT 7). Terlebih bagi petani yang akan bercocok tanam . Situasi siang hari adalah waktu yang paling ideal demi berkembangnya satu bibit tanaman menjadi banyak dahan , banyak ranting, banyak bunga, dan banyak buah. Ini tidak terlepas dari peran siang dengan sorot matahari dalam fotosintesis. Pendeknya siang adalah waktu yang pas untuk menyemai, menanam, merawat, serta memanen sebab  kondisi siang menjadi media mutlak untuk melaksanakan hal itu. Ini tidak ubahnya seperti peribahasa Jawa yakni TUMBU KETEMU TUTUP. Tumbu = Wadah beras, yang bertemu dengan tutupnya. Atau Kaleng biscuit yang ketemu tutupnya. Jadi klop , matching. Bahasa kerennya COMPATIBLE- lah! Bagaimana dengan malam?

Jujur meski berat untuk dilaksanakan , inilah pernyataan Tuhan kepada orang yang berselimut, bangunlah di malam hari ( lihat selengkapnya dalam Surat Al- Muzammil , ayat 1- 20). Artinya bahwa di waktu malamlah sebagai waktu yang klop, match, dan compatible bagi manusia (tidak hanya untuk Nabi Muhammad)  untuk bercocok tanam, menyemai, menanam, merawat dan memanen bibit amal yang berhubungan dengan ibadah ketuhanan. Sehingga terjadi situasi yang ideal yang akan menghasilkan kualitas hubungan yang maksimal , optimal  dengan dunia gaib ketuhanan. Pantas , wahyu  turun di malam hari. Ingat malam lailatul qodar, malam Nuzulul Qur’an bukan naharul qodar atau siang nuzulul qur’an, bukan?

Namun, perlu dicermati juga bahwa dunia gaib itu tidak selalu bersinggungan dengan Tuhan semata. Masih ada hal lain yang gaib-gaib yang justru menggagalkan panen  amal ibadah dengan Tuhan. Mereka itu ibarat  hama dan gulma bagi petani.  Sebut saja , dunia sihir, dunia Jin,  apalagi dunia Iblis. Sebab gaibnya, manusia bisa salah kira. Dikiranya Tuhan, padahal Iblis. Disangka Iblis padahal Tuhan. Gaib adalah rahasia. Maka yang tahu rahasia adalah orang yang pernah tahu rahasia itu. Maka mintalah tahu rahasia itu kepada orang yang pernah tahu rahasia itu. Ini sejalan dengan pernyataan , ” Jadikanlah dirimu beserta Allah, jika engkau belum bisa beserta Allah, maka besertalah dengan Orang-orang  yang beserta Allah, maka sesungguhnya orang itulah yang menghubungkan engkau kepada Allah”  (HR Abu Dawud).

Yang menggelitik pikiran adalah terjadinya siang dan malam itu tidak di angkasa atau di langit , bukan? Sebab di angkasa selalu terang benderang sepanjang waktu. Pergeseran siang ke malam hanya di bumi atau planet lain. Itu pun terjadi pada sebelahan bumi saja. Belahan yang satu siang maka yang lain menjadi malam. Demikian sebaliknya. Artinya compatible peribadatan dengan Tuhan hanya bisa terjadi di sebelahan bumi saja di saat malam tiba. Maka bercocok tanamnya amalan ibadah manusia hanyalah di bumi saja. Bukan di langit angkasa ! Bukan di langit angkasa ?

Tinggalkan Komentar Ya!